Pengemis jalanan mungkin sudah merupakan salah satu
kumpulan yang wajib ada di berbagai daerah di Indonesia. Di lampu merah,
persimpangan jalan, rumah makan, stasiun kereta, terminal, pasar dan bahkan
dimana saja kita sangat mudah menjumpai mereka.
Dengan berbagai model dan fashion yang berbeda mereka
termasuk sangat eksis. Model ibu yang membawa anak bayinya di terik panas
matahari, model anak-anak yang bernyanyi dengan wajah sedih, model ibu-ibu yang
duduk sambil memegang kalengan . pakaian yang compang-camping, gaya rambut yang
acak-acakan dan dekil sampai gaya ala rocker dan preman yang bernyanyi di metro
mini atau mikrolet dengan gaya anarkis.
Sialnya lagi, banyak model preman ngamen. Jika tidak
disumbang, maka akan keluar sumpah serapah mengerikan dari mereka sangat
kontradiksi dengan gaya mereka ketika baru mulai bernyanyi. Anehnya lagi,
pengemis ini musiman kayak musim buah-buahan. Ketika mendekati bulan puasa,
maka ibukota akan ramai bagaikan terjadinya Urbanisasi besar-besaran. Usai
lebaran, maka merekapun berkurang intensitasnya. Seiring dengan banyaknya
pengemis jalanan,yang tekadang tidak tertolerir, maka banyak kepala daerah yang
selalu berusaha untuk menertibkan mereka. Tidak heran, hal ini dilakukan karena
banyaknya kericuhan diakibatkan mereka. Tidak jarang juga modus perampokan yang
berawal dengan pola pengemis di jalanan. Mungkin tidak semua yang terganggu
dengan hal ini. Tetapi akan lebih banyak yang lebih setuju akan penertiban
pengemis jalanan. Walau ada niat untuk bersedekah, terkadang dihantui rasa
cemas jika tiba-tiba harus kemalingan.



0 komentar:
Post a Comment